Love, hold me tight


 Hari itu dimana sunyi di bunyikan seperti lonceng yang bisu, tak ada satupun suara selain suara terisak tangis di ujung seberang bangunan yang sudah di huni bertahun tahun lalu itu. Maura mendelik di bawah selimutnya, entah ada gerangan apa dia bisa mendelik sambil terisak tangis yang begitu mendalam sepertinya. Malam pun sudah mulai sirna entah di telan siapa, menggantikan pagi yang begitu cerah. Terik matahari yang mulai menembus pupil mata maura pun tak kunjung lama segera membangunkan maura yang sedang bermimpi indahnya pagi hari ditemani oleh teh hangat yang sedang diminumnya.

Tok, Tok, Tok!!

“Maura bangunn udah siangg..!!!” Ibun berteriak  tak lupa dengan tangan yang terus memukul mukul benda tak bersalah itu. 

“Mauraaa kok lama sekali bangunnya nak, sudah jam setengah 7 nanti terlambat..!!” Terus bertambah lagi kalimat yang keluar dari mulut Ibun.

“Yaaa Ibunn, Mauraa udah bangun” Sahut Maura yang setengah sadar dari alam tidurnya.

KRINGGG.. KRINGGGG..

“Haloo….” Kembalinya suara Maura yang sedang berbicara dengan benda mati tersebut.

“HAHH MAURAAA, LO PASTI MASIH TIDUR YAAA JAM SEGINII !?!?” Suara nyaring yang dimiliki oleh benda mati nyaris mendobrak gendang telinga milik Maura .

“ Apasih orang masih jam setengah 6 jugaa…” Lanjut Maura.

“ Ngigo kali ya lo Raa, orang bentar lagi jam 7” Sontak suara dari lorong seberang.

TUTT…TUTT… TUTTT…

Maura yang masih terbaring pun mulai berlari berhambur hamburan untuk datang ke kamar mandi, segeralah dia menukar baju yang paling nyaman dikenakannya dengan seragam yang sangat rapi, bahkan seragam itu nyaris tidak ada lengkukan sehingga membuat seragam yang dikenakan tersebut terlihat sangat klimis. Maura mempijakkan kakinya begitu cepat dan lantang sehingga sampailah dia di depan bangunan tua yang bertuliskan SMA NEGERI 1 KEDUNGWARU.

TIGAA, DUAA, SAATTUUUU…!!! Seruu lelaki paruh baya tersebut yang sedang menghitung menit menit terakhir penutupan gerbang. Gerak Maura pun tidak secepat kilat di waktu hujan yang membuatnya melewati hitungan detik itu. Disela nafas maura yang begitu tergesa gesa, ada suara nafas yang juga mengiringi nafas Maura, Kalendra Hipranaya namanya.

“ Lah Ra, telat juga lo haha” Ujar Kalendra

" Iya, apes banget si duh” Sahut Maura

“ Anak - anak yang telat sini tulis nama dulu baru segera masuk kelas”  Kali ini suara lelaki paruh baya mulai menggelegar mengisi ruang ruang kosong diantara suara Maura dan Kalendra.

“Gue duluan ya Kal” Ucap Maura.

“Iya” Jawab Kalendra.

Sesampai Maura dikelas

“Rea, gue cape banget tau Haha”

“Ya salah sendiri sih telat bangun” Jawab Rea

“Gue tadi juga sama Kalendra, Anak kelas sebelah”

“Yang sering sama si Samuel itu ?”

“Iya, dia asik juga”

Mereka pun berbincang, sembari bercanda tertawa. Bel menandakan pulang telah berbunyi, Maura dan Rea bergegas untuk membereskan buku dan alat tulis mereka.

“Rea ,gue boleh nebeng ga ?” Tanya Maura

“Waduh Ra, sorry banget ya gue sendiri juga nebeng Sila” Sahutan penolakan Rea mulai terdengar.

“Yaudah , gue ngegojek aja deh”

Langit mulai mendung, Maura berdecak kesal sebab ponselnya mati dan Rea sudah pulang terlebih dahulu.

“Duh gimana ya” Maura yang berbicara kepada angin sembari menggigit kecil jari tangannya karena merasa ketenangan tidak lagi bersamanya.

Kalendra yang sedari tadi memperhatikan Maura,Ia menghampiri Maura yang sedang duduk sendirian.

“Belum dijemput ?” Tanya Kalendra

“Belum” Sahut Maura

“Sini bareng aja ,kebetulan rumah kita juga searah” Timpa Kalendra menawarkan ajakannya.

“Gausah deh ,makasih ya” Jawab Maura.

“Gausah gengsi, cepet keburu hujan” Bujuk Kalendra kekeh.

Maura bingung ,sebab ia malu untuk menerima tawaran dari Kalendra. Maura pun segera menaiki motor milik Kalendra. Derasnya hujan mulai turun.

“Duh Ra kayanya ga keburu deh, neduh dulu aja ya ?” Tanya Kalendra mencairkan suasana.

“Iya, terserah lo aja Kal”  Jawab Maura kikuk

Mereka pun meneduh dikios yang sedang tutup. Mereka berdua sedang terdiam menikmati suasana yang sangat canggung dan asing ini. Tak selang lama Maura mulai membuka suara.

“Gue suka banget sama hujan Kal, kalau boleh jujur.” Ujar Maura tiba tiba. “Kenapa ? nggak takut basah ?” Tanya kalendra

“Enggak”  Kata Maura menyampingkan rambutnya.

“Karena saat hujan gue selalu suka ketenangan yang mulai merasuk kedalam diri gue, seolah ngasih gue energi positif disetiap rintikan airnya”

Maura menunjuk awan mendung. Kalendra mulai mengikuti arah jemarinya seiring dengan hujan yang turun di tempat kami berteduh, menirukan arah gerak tak lupa memandangi hangat perempuan di sampingnya, dia lalu terdiam, sepertinya ada kenangan yang terlintas di kepalanya secara tiba-tiba. Meskipun tidak begitu jelas tapi aku bisa melihat ada satu tetes air mata yang turu ke pipinya, mengalir pelan seperti hujan pada sore itu. Selang waktu berlalu, alunan rintik hujan pun tak kunjung mereda seolah menyuruh aku dan Maura untuk menari di dalam ketenangan yang dimilikinya.

“Ra, ikutin gue ya” Ajak Kalendra.

“Lo mau kemana Kal ?” Jawab Maura kebingungan.

“Rentangin telapak tangan lo Ra, terus tiruin gue kaya gini” Arahan Kalendra yang berlari kecil dan mulai berbaur dengan hujan menikmati suasana hujan yang sangat indah, seindah irama Menari ala Maliq&DEssentials. Maura dan Kalendra yang merasa kegirangan berlarian kecil dengan membalik balikan badannya ala irama Menari itu tak sadar sedari tadi ia diperhatikan oleh dedaunan dan burung burung disekitar sana yang ikut serta menghayati suasana dinginnya air hujan.

Hari mulai gelap, dan Hujan mulai reda. Maura dan Kalendra bergegas untuk melanjutkan perjalanan mereka. Tak lupa hari mulai gelap, Kalendra mengambil jaket yang berada dijok motornya lalu menyampirkan jaket tersebut di bahu Maura, Segeralah mereka menyelusuri jalanan yang beraroma khas hujan.

Mereka sudah sampai di depan rumah Maura. Maura segera turun dari motor Kalendra

“Makasih Kal, jaket lo gue kembaliin besok ya” Ujar Maura

“Iya sama samaa, santai aja kapan kapan juga bisa kok” Sahut Kalendra

“Gue duluan ya Ra, takut keburu hujan lagi”

“Hati hati Kal”

Maura pun bergegas kedalam rumah dan membersihkan dirinya terlebih dahulu. Sejak saat itu Maura dan Kalendra mulai lebih akrab. Mereka sering menghabis waktu bersama, menonton film bersama, keliling kota, bahkan melakukan hal kecil lainnya. Dan sejak saat itu perasaan yang tak seharusnya muncul, tumbuh di benak mereka.

             Pagi dengan kicauan burung burung dan dedaunan yang mulai berbunga pun mulai menampakan wujudnya. Tak berselang lama suara bel sepedah mulai terdengar di telinga Maura, rupanya itu suara bel sepedah Kalendra yang sudah berada di seberang jalan.

“Kal tungguin dulu, gue mau ngambil barang yang ketinggalan!!.”  Seru teriakan Maura yang membuat kicauan burung mulai berterbangan meninggalkan atap atap rumah milik Maura.

“Buruan Raa..!!!” Sahut Kalendra dari seberang sana.

Dua sepedah yang di ayun bersamaan oleh kedua insan tersebut mulai menghilang tak terlihat hingga tiba pada parkiran sepedah SMA NEGERI 1 KEDUNGWARU yang akrab disapa dengan sebutan Smariduta, Memang keduanya telah berjanjian memakai dua sepedah karena sepulang sekolah nanti mereka akan menelusurin jalanan sambil mencari batagor keliling Bang Aceng.

“ Kal stop deh, gue lagi pengen beli eskrim durian abang abang itu..” Ujar Maura memberhentikan laju sepedahnya

“ Yaelah Ra es mulu, udah deh nanti di abang batagor juga lo beli es lagi” Sahut Kalendra

“Yaa oke deh”  Katanya dengan raut muka yang sedikit tak mengenakkan

“Eh Kal batagor Bang Aceng tuh” Seru Maura kegirangan

“Bang 2 ya kaya biasa, sama es tehnya 2”  Pesan Kalendra kepada penjual batagor.

“Ini Mas batagor 2 kaya biasa, tumben banget hari ini naik sepedah ?” Tanya penjual batagor tersebut

“ Iya Bang, biasa anak muda pengen muter muter jalanan biar lebih seru” Jawab Kalendra dengan sedikit candaan

“ Huhh enak banget, ini selalu jadi bagian terfavorit gue asal lo tau Kal” 

“ Iyaa Ra gue tau kok, batagor udah menyatu kedalam hidup lo banget kok” Sindir Kalendra.

Hari sudah mulai sore, segeralah mereka melanjutkan perjalanannya untuk pergi ke sebuah danau untuk melihat matahari terbenam. Kali ini mereka tampak cangung dari pada biasanya, seperti buah yang tak mengenal kulitnya. Tak biasanya mereka seperti ini. Kalendra yang awalnya diam mulai membuka obrolan

“ Ra lo tau nggak ?” 

“ Lagi ga buka QnA, ga mau ditanya tanya” Jawab Maura ketus masih diiringi dengan tawanya yang renyah.

“ Ga lagi deh Ra gue nanya lo” Sahut Kalendra

“ AHAHAHA nggakk Kal, gue bercanda kok. Kenapa ?”

“ Danaunya cantik ya kayak kamu, Raa” 

“ Apaan sih Kal, biasa aja” Sengit jawaban Maura. Pipinya merona cantik tak lupa senyumnya membuatku gila terus terusan. Rasanya seperti aku ingin bersungguh sungguh mendekat pada hatinya yang bersih tanpa ada noda hitam sedikitpun. Tak lupa matanya berbinar seindah bunga bermekaran di musim semi. 

“ Ra tunggu bentar ya” Perintah Kalendra.

“ Hah ? Lo mau kemana Kal ?” Tanya Maura

“ Bentar doang kok, Lo tunggu disini ya jangan kemana mana..” Seru Kalendra

Selang beberapa menit berlalu datanglah Kalendra dengan membawa tentengan di tangan kanan dan kirinya

“ Ra, nih eskrim kesukaan lo” panggilnya sambil menyodorkan eskrim di tangan kanannya

“ Yuhuu asikk, thanks yaa Kal” Maura kegirangan penuh dengan mata yang berbinar binar.

Terkadang hati manusia seperti lautan, penuh misteri sehingga sulit sekali di tebak, Kita nggak pernah tahu kejadian apa yang akan kita lewati hari ini, bisa memungkinkan orang yang membahagiakan kita atau kita yang membahagiakan mereka.

            Besok lusa tepat pada tanggal kelulusan kami, dimana hari paling bahagia dan hari yang paling mangharukan bagi beberapa siswa siswi SMA NEGERI 1 KEDUNGWARU. Namun sebelum hari itu tiba masih ada suatu malam penuh dengan gemerlap bintang yang bertaburan diatas gelapnya langit pada malam hari ini. Kalendra dan aku yang sedang duduk ditaman dekat rumahku memandangi ribuan bintang diatas sana. 

“ Ra, gue mau ngomong sama lo” Kata Kalendra yang tampak serius

“ Ngomong aja, kenapa Kal ?” Jawab Maura singkat

“ Kali ini gue serius Ra, gue suka sama lo sejak pertama kali kita kehujanan waktu itu, dan semakin lama rasa suka gue ke lo semakin besar, gue udah ngelakuin ribuan cara gimana biar gue nggak suka sama lo, tapi tetap aja nggak bisa Ra, maaf”

“ Santai aja kali Kal, gue nggak akan marah kok sama lo, gue juga nggak akan menghindar cuma karena lo suka sama gue “ Sahut Maura yang tampak tenang seolah tidak terjadi masalah besar diantara hubungannya dengan Kalendra.

“ Tapi Ra, gue takut kita jadi canggung setelah gue ngungkapin perasaan yang gue punya, apa bentar lagi kita lulus” Kata Kalendra

“ Kal dengerin gue, nggak apa apa kita nggak harus selalu berani karena sejatinya semesta nggak hanya nyiptain manusia soal tubuh yang lahir dari tulang belulang melainkan juga dengan hati. Jadi lo nggak perlu takut Kal, pertemanan kita adalah sesuatu yang ingin gue bawa ke perjalanan lain, perjalanan yang jauh, berjalan terus sampai gue nggak bisa melakukan perjalanan lagi” Maura sedikit memberi tatapan hangat kepada Kalendra.

“ Iya Ra gue ngerti kok” Jawabnya singkat karena memang benar bukan kalimat itu yang Kalendra mau melainkan secarik kalimat yang lain.

Mereka berdua pun tak saling bertatapan lagi bahkan mereka juga tak lagi mengisi ruang yang kosong dengan obrolan yang tak masuk akal. Mereka berdua hanya diam dan memandangi langit penuh bintang.

“Kal, bukankah kamu jatuh cinta disaat hujan turun ? Kumohon jangan Kal, jangan pernah berani jatuh cinta saat hujan turun karena besok lusa jika kamu patah hati, setiap tetes hujan yang turun kamu akan terkenang dengan kejadian menyakitkan” Batin Maura

 

            Hari ini tiba, hari yang telah di tunggu banyak orang siswa dan siswi SMA NEGERI 1 KEDUNGWARU mulai berlalu. Banyak orang tersenyum dengan membawa keluarga atau kerabat mereka. Orang orang mulai kegirangan sambil mencari tempat duduk yang di inginkannya. Maura dan Kalendra pun ternyata duduk bersebelahan.

“Rea” Ujar Maura

“Mauraa” Jawab Rea

“Lo cantik banget hari ini haha” Ucap Rea

“Emang biasa nya ga cantik apa” Jawab Maura dengan candaannya

“Hahahaa” Ketawa renyah mereka berdua

Mereka pun melanjutkan perbincangan mereka sedari tadi Kalendra memperhatikan Maura yang tengah duduk di sampingnya

“Cantik” Batin Kalendra. Mereka sedikit canggung, Maura dan Kalendra pun juga bingung harus bersikap bagaimana.

Waktu yang mulai menunjukan akhir dari acara kelulusan itu pun mulai menampakan dirinya, Kalendra pun segera mengajak Maura untuk mengabadikan momen secara bersamaan.

“Kal sinii” Panggil Maura

“Iya Raaa, tunggu bentar” seruu kalendra, yang suasana keduanya mulai kembali normal

“Kal lihat sana” derap langkah kalendra mulai mendekati detik jepretan pemotret itu

“Raa, coba gaya dua jari kayanya lebih bagus” Ujar Kalendra sambil mempraktikan aksinya

Tiba tiba suara gebrakan mulai mendentum nyaring. “BRUKK…”

“KALLLL LO KENAPAA, BANGUN KALL…!!!” Teriakan Maura mulai masuk kedalam telinga orang orang disekitarnya, tanpa sadar setetes demi setetes air mata Maura pun jatuh.

“Re, tolong panggil ambulan” Pinta Maura kepada Rea

Membutuhkan waktu sekitar 15 menitan untuk menunggu mobil ambulan menjemput Kalendra. Lima belas menit pun telah lama berlalu sekarang sudah berganti menjadi satu jam berlalu, namun dokter yang ada di ruangan kalendra belum juga keluar. Hingga tiba pada pukul 16.00, akhirnya dokter keluar dengan raut muka tampak mengkerut entah mengapa.

“Dok, bagaimana keadaan teman saya ?” Tanya Maura begitu panik

“Tenang pasien tidak apa apa kok. Pasien mungkin sudah lama menderita penyakit gerd, penyakit yang bisa menimbulkan resiko yang sangat berbahaya. Saya minta maaf karena yang bisa saya ucapkan hanyalah sebuah kalimat yang tidak mengenakan, yang ikhlas yaa..” Kata dokter menenangkan tetapi mematikan.  

Maura tak menjawab kalimat yang di sampaikan oleh dokter, dia langsung menerobos pintu masuk ruangan yang dihuni Kalendra terakhir kali sebelum dia di pindahkan kerumah abadinya.

“Kal nggak Kal, nggak mungkin secepet ini lo ninggalin gue, gue masih pengen berlari sama lo sampai gue nggak bisa ngelakuin itu kayak kata gue kemarin. Lo harus bangun kal, gue mohon”  Gocangan demi goncangan yang di lakukan Maura kepada tubuh Kalendra itu tak membuahkan hasil apa apa. Justru air mata Maura semakin deras mengalir.

Rumah abadi Kalendra sudah terbuka lebar. Sudah waktunya Kalendra seorang diri yang menghuninya tanpa ada Maura di sampingnya lagi. Wajah yang mulai memucat, tubuh yang mulai membiru, sorot mata yang mulai redup, Maura masih mengingat betapa tak lagi bahagia dunianya. “ Selamat tinggal Ra, semoga bahagia dengan hidup lo yang baru tanpa kehadiran gue lagi” Kalimat yang sungguh tak bisa Kalendra ucapkan sekarang, namun di dalam hati Maura sudah pasti kalimat itu terkenang abadi sampai kapanpun.

Karena pada akhirnya ada beberapa orang yang memang nggak ditakdirkan buat bertahan selalu di samping kita, mereka akan bertahan di tempat mereka karena itulah jalan hidup mereka. “aku pamit dulu ya Kal, minggu depan aku kesini lagi  bawain cerita buat kamu”

Lantas derap langkah pelan yang berasal dari kakiku mulai perlahan menjauh meninggalkan dia dengan rumah barunya. Hidupku terus berjalan sebagaimana mestinya dengan ingatan yang membuncah di kepalaku, belum sempat ku menyatakan cintaku, kau sudah terlanjur membawanya pergi mengarungi isi bumi, Inilah aku Maura Mezza Abigail. 


Oleh: Felisha Orlin Salsabila

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HIDDING FEELING FOR HIM🌷

PERIHAL CINTA TAK HARUS JUMPA